26 Jul 2011

Mioma Uteri


Istilah mioma uteri mungkin tidak akrab di telinga kita. Namun, jika kata tumor disebut, dapat mencetuskan kekhawatiran bahwa seseorang telah terkena kanker. Seberapa bahayanya? Haruskah dioperasi?

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Diameternya bisa hanya beberapa centimeter sampai 20 centimeter dengan berat 5 kilogram. Beberapa kepustakaan menyebut mioma uteri dengan istilah leiomioma, fibromioma, atau fibroid, yang artinya tumor jinak. Karena sifatnya jinak, mioma uteri ini sangat jarang berkembang menjadi kanker, sehingga hampir tidak butuh penanganan khusus.

"Sekitar 30 persen wanita usia produktif memiliki benjolan kecil di rahimnya. Benjolan ini sering tidak disadari karena tak mengganggu atau menimbulkan keluhan," kata Dr. Andon Hestiantoro Sp.OG, spesialis Obstetri & Ginekologi dari FKUI/RSCM.

Keluhan baru terjadi jika benjolan ini tumbuh ke depan atau di belakang rongga rahim. Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor.

Menurut Dr. Andon, jika benjolan tumbuh ke depan rongga rahim, biasanya penderita mengalami gangguan buang air kecil. Jika di belakang rongga rahim, penderitanya akan merasakan sakit hebat saat menstruasi, atau jumlah dash menstruasi jadi lebih banyak dari biasanya.

"Ngabisin pembalut dan rasanya sakit sekali," tutur Ike, karyawati perusahaan konsultan di Jakarta.

Awalnya Ike membiarkan saja gejala ini karena mengira rasa sakit dan darah berlebih ketika menstruasi adalah hal biasa. Mioma diketahui ketika ia menjalani pemeriksaan rutin yang diadakan kantornya.

Estrogen meningkat

Penyebab pasti mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Namun, membesarnya mioma ditengarai akibat meningkatnya jumlah hormon estrogen dalam tubuh.

Beberapa ahli mengungkapkan, pada otot rahim yang memiliki mioma, ditemukan receptor estrogen lebih banyak daripada otot rahim normal. Kondisi yang dapat meningkatkan kadar estrogen misalnya menstruasi, karenanya mioma ini lebih banyak terdapat pada wanita dalam masa subur.

Karena dipengaruhi oleh hormon estrogen, pada anak-anak yang belum menstruasi, jarang ditemukan kasus mioma uteri. Pada wanita yang sudah mengalami menopause, mioma juga akan mengecil karena kadar estrogen sudah berkurang.

"Jumlah wanita berusia 20-an yang menderita mioma bisa jadi lebih besar daripada usia 40-an karena lebih banyak memiliki estrogen dalam tubuhnya," papar Dr. Andon, yang juga Kepala Klinik Kesuburan Yasmin di RSCM.

Diduga faktor keturunan juga menjadi penyebab mioma uteri. Beberapa ahli mengatakan bahwa mioma juga terkait faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh rangsangan hormon, makanan kaya lemak, dan kelebihan berat badan.

"Obesitas dapat menurunkan kekebalan tubuh dan mengacaukan keseimbangan hormon," ucap Dr. Andon.

Rangsangan inilah yang memicu pertumbuhan mioma. Infeksi dan jamur di dalam rahim juga memungkinkan mioma tumbuh kembali, meskipun telah diangkat (operasi).

Mioma uteri biasanya terdeteksi ketika seorang wanita melakukan pemeriksaan panggul atau saat berobat ke ahli kebidanan dan kandungan dengan keluhan sulit memiliki anak. Tidak jarang, gumpalan inilah yang menjadi biang keladinya. Di samping keluhan gangguan buang air kecil dan menstruasi, mioma uteri juga dapat menyebabkan kemandulan.

Pada kehamilan, mioma uteri dapat mengganggu hingga membawa dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan, dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.

Kehamilan juga bisa memiliki bisa memperparah dampak mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar hingga menyebabkan perdarahan dan nyeri.

Jika sudah dirasa mengganggu dan menurunkan kualitas hidup, mioma harus ditangani dengan serius. Terdapat beberapa pilihan terapi untuk mioma uteri. Terapi-terapi tersebut bisa dikombinasikan. Meski demikian, terapi yang ada hanya bertujuan untuk menghilangkan gejala dan keluhan sakit pada pasien.

"Perlu diketahui, sampai sekarang belum ada obat yang tuntas mengobati mioma. Bahkan, tindakan operasi pun tak menjamin mioma tidak akan kembali lagi," ungkap Dr. Andon.

Karena mioma bukanlah kanker dan biasanya berkembang dengan lambat, penderita punya banyak waktu untuk mempertimbangkan berbagai pilihan terapi. Setiap terapi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Yang jelas, tidak setiap kasus mioma harus dibedah. "Lagipula, tindakan operasi tidak menjamin mioma tak akan tumbuh lagi. Jadi, meski bibit mioma sudah diangkat lewat operasi, tetap ada kemungkinan tumbuh lagi. Tiga sampai empat tahun sesudah
operasi, mioma mungkin tumbuh lagi," katanya.

Bila Harus Operasi

Tindakan bedah dapat dipilih jika pasien benar-benar merasa terganggu akibat mioma. Ada beberapa alasan mengapa mioma harus diangkat, yaitu: 1) bila ukurannya lebih besar dari ukuran kehamilan usia 12 minggu, 2) pembesarannya sangat cepat, 3)mioma sudah mengganggu keadaan penderita, misalnya perdarahan terus-menerus dan banyak, hingga penderitanya harus transfusi.

Ada beberapa cara yang umum dilakukan dalam melakukan tindakan bedah, yaitu miomektomi dan histerektomi. Pada miomektomi, yang dibuang hanyalah jaringan mioma. Miomektomi dilakukan jika pasien masih ingin memiliki keturunan.

Miomektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang paling sering dilakukan adalah memasukkan selang kecil ke dalam rahim untuk mengangkat mioma. Kerugiannya, tindakan ini tidak efektif untuk mengangkat massa mioma berukuran besar.

Histerektomi adalah pengangkatan seluruh rahim. Efek samping dari histerektomi adalah pasien tidak akan bisa hamil lagi setelahnya. Tindakan ini dilakukan jika pasien sudah tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.

Pada histerektomi, mioma tidak akan kembali lagi karena wanita tersebut sudah tidak memiliki rahim. Yang patut diperhatikan adalah tindakan ini tergolong operasi besar, sehingga waktu penyembuhan pasien pun akan lebih lama dibanding operasi kecil.

Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan pada pasien yang masih mempunyai rencana hamil, tetapi dengan pertimbangan massa mioma terlalu besar atau luas, sehingga tidak memungkinkan jika hanya mengangkat mioma saja.

Pilihan Mengatasi Mioma

Pada prinsipnya ada tiga cara mengatasi mioma uteri, yaitu mengangkat sel mioma, menghancurkan sel mioma, atau mengangkat rahim. Banyak orang berpendapat operasi merupakan jalan terbaik. Sebenarnya ada sejumlah pilihan terapi selain operasi.

1. Terapi obat
Penggunaan hormon bertujuan untuk mengurangi atau menghentikan pertumbuhan mioma.

2. Miolisis
Mengalirkan gelombang elektromagnetik untuk menghancurkan mioma dan jaringan pembuluh yang mendukung mioma.

3. Uterine Artery Embolization (UAE) atau embolisasi arteri uterus
Disebut sebagai cara terbaru dalam mengatasi mioma. Cara kerjanya, memberi suntikan untuk menghentikan suplai makanan ke jaringan mioma agar mengecil. Caranya dengan menyumbat pembuluh darah menggunakan selang kateter. Efek sampingnya bisa berupa demam atau rasa sakit beberapa jam setelah terapi.

4. MRI ultrasound ablation
Penghancuran mioma dengan gelombang suara panas hingga memusnahkan pula jaringan mioma di sekitarnya.

5. Ablasi endometri
Penghancuran mioma oleh laser, gelombang elektro, ataupun balon yang dimasukkan ke dalam rahim.

Catatan:
Tidak ada cara terbaik untuk mengatasi mioma uteri. Setiap jenis terapi memiliki keuntungan dan kerugian. Faktor-faktor yang memengaruhi jenis pengobatan antara lain:
• Gejala yang dialami oleh penderita.
• Berat atau ringan gejala yang dialami.
• Apakah penderita berencana untuk memiliki keturunan.
• Faktor usia penderita. Seberapa dekat penderita dengan masa menopause.
• Rasa percaya penderita terhadap jenis terapi yang dipilih.

Kenali Gejalanya

Gejala yang timbul bergantung dari lokasi dan besarnya mioma. Namun, yang paling sering ditemukan adalah:
1. Rasa nyeri saat menstruasi.
2. Perdarahan yang banyak dan tidak seperti biasanya saat menstruasi.
3. Menstruasi yang tidak beraturan.
4. Perut terasa sebah (penuh).
5. Meningkatnya frekuensi buang air kecil.
6. Perdarahan yang banyak di luar masa menstruasi.
7. Rasa nyeri di dalam rahim.
8. Pada organ sekitar tumbuhnya mioma terasa ditekan, seperti pada kandung kemih, ureter, rongga panggul, dan lainnya.
9. Gangguan buang air besar
10. Gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai mioma.
11. Sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
12. Bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

Bisa Diperkecil

Karena besar mioma sangat dipengaruhi oleh hormon wanita, yaitu hormon estrogen, digunakan obat yang bersifat antiestrogen. Yang mutakhir adalah GnRH (Gonadotropin releasing hormone) agonis.

Fungsi obat ini hanya mengecilkan ukuran mioma dan mengurangi gejala yang menyertainya. Menyusutnya ukuran mioma menguntungkan pasien yang memutuskan menjalani operasi.

"Dengan demikian, mioma tidak terlalu sulit untuk diangkat," kata Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG, dari FKUI/ RSCM.

Meski demikian, turunnya kadar estrogen mempunyai efek samping, yaitu berkurangnya massa tulang dan berbagai gejala menopause. Karma efek samping ini, penggunaan GnRH agonis sebagai terapi biasanya hanya bersifat sementara.

Ketika terapi berakhir, hormon estrogen kembali normal diikuti dengan membesarnya kembali mioma. Kadang benjolan bisa lebih besar dari sebelumnya.

Kendala pada terapi dengan GnRH agonis ini adalah harganya yang tergolong mahal. Satu kali injeksi untuk jangka waktu satu bulan harganya Rp 1,5 juta.

Hindari Daging Merah

Petunjuk mengenai cara-cara menurunkan risiko dan mendukung terapi mengatasi mioma uteri dapat diperoleh dari mana saja, yakni dari Internet ataupun buku-buku kesehatan wanita.

Cara-cara yang disarankan umumnya adalah mengubah pola makan. Pola makan yang dianjurkan antara lain dengan memperbanyak asupan kedelai. Ini karena kedelai mengandung protein yang dapat menghambat pertumbuhan mioma.

Cara lain adalah mengurangi asupan daging merah dan produk susu yang mengandung estrogen tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu tumbuhnya mioma.

Pandangan tersebut didasari oleh sebuah studi oleh peneliti dari Italia yang menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dengan mioma. Menurut hasil penelitian, wanita yang lebih banyak mengasup sayuran lebih kecil risikonya terkena mioma uteri. Tentu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai terapi alternatif ini.

Yang jelas, meskipun sedang menjalani cara alternatif ini, selalu konsultasikan perkembangan diri Anda dengan dokter. Diingatkan oleh Dr. Andon, mioma bukan kanker, tetapi bisa menjadi masalah serius jika diabaikan.

Karena itu, bergaya hidup sehat merupakan kebiasaan harian yang seharusnya dijalani siapa saja yang tak ingin dihinggapi penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar