9 Apr 2010

Setiap Penyakit Ada Obatnya

Sampai saat ini, banyak jenis penyakit yang menurut kajian medis modern tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan. Penyakit seperti HIV/AIDS, Diabetes, Demam Berdarah, Hepatitis, Gagal Ginjal, Jantung, Alergi, Influensa, Kista, Kanker, Tumor dan lainnya. Bahkan tidak sedikit dokter yang memberikan obat kepada pasiennya dengan pesan bahwa obat yang diberikan tidak menjamin kesembuhan melainkan hanya mengurangi (menghilangkan) rasa sakit.

Sesungguhnya kenyataan ataupun teori adanya penyakit yang tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan bertentangan dengan aqidah Islam. Karena sejak 15 Abad silam, Rasulullah SAW menegaskan, bahwa setiap penyakit ada obatnya dan bisa disembuhkan atas izin Allah SWT, kecuali mati atau tua. Sedangkan ragam obatnya sendiri sudah disediakan (diciptakan) oleh
Maha Penyembuh yakni Allah SWT, begitu pula teori dan praktek pengobatannya secara garis besar maupun detail telah diajarkan Rasulullah SAW selaku teladan utama dalam dunia kedokteran.

Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan: “Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu, pasti akan sembuh dengan izin Allah Azza Wajalla”.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya”. Sementara Allah SWT sendiri yang Maha Berkuasa atas kesembuhan seseorang dari penyakit sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syu’ara, ayat 80: “Dan manakala aku sakit Dia (Allah) yang menyembuhkanku”.

Pakar kedokteran Islam Ibnu Qoyyim Al
AL-Jauziyah dalam kitabnya Ath Thibun An Nabawi mengatakan, ungkapan Nabi: “Setiap penyakit pasti ada obatnya”, memberikan semangat kepada orang yang sakit dan juga dokter (thabib) yang mengobatinya, selain juga mengandung anjuran untuk mencari obat dan menyelidikinya. Karena, jelas Ibnu Qoyyim, kalau orang sakit sudah merasakan pada dirinya satu keyakinan bahwa ada obat yang akan dapat menghilangkan rasa sakitnya, ia akan bergantung pada ruh harapan. Rasa panas dari keputusasaan akan berhasil ia dinginkan sehingga pintu harapan terbuka lebar.

Kalau jiwanya sudah kuat, paparnya, suhu panas insting seseorang akan meningkat. Kalau semangat seperti itu sudah meningkat, maka stamina yang mendukung tubuhnya juga meningkat sehingga mampu mengatasi bahkan mengusir penyakit. Demikian juga bagi dokter itu sendiri, kalau ia sudah meyakini bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, ia juga bisa terus mencari obat dari suatu penyakit dan terus melakukan penelitian.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim Khalilullah pernah bertanya: Ya Rabbi, dari manakah penyakit itu berasal?” Allah menjawab: “Dari-Ku”. Ibrahim kembali bertanya: “Lalu dari mana asal obatnya?” Allah menjawab: “Dari-Ku juga”. Kembali Ibrahim bertanya: “Kalau begitu apa gunanya dokter?” Allah menjawab: “Ia adalah makhluk yang diutus oleh Allah untuk membawa obat dari-Nya”.

Dokter yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ahli medis yang mendasarkan ilmu dan metode pengobatannya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, bukannya mereka (ahli medis) yang mendasarkan ilmu dan pengobatannya pada teori barat semata tanpa mau menengok metode pengobatan Islami.
Bagi ahli medis atau ahli pengobatan yang berani mengatakan adanya penyakit yang tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan –meski dia muslim– hal itu telah melanggar kode etik pengobatan Islami yang meyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya dan bisa disembuhkan atas izin Allah SWT. Ahli medis yang meyakini adanya penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau tiada obatnya membuktikan bahwa yang bersangkutan dalam kinerjanya sama sekali tidak menggunakan media pengobatan yang dianjurkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ahli pengobatan yang meyakini adanya penyakit yang tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan pada umumnya kerap membuat pasiennya pesimis, stress dan berperan aktif dalam merusak aqidah pasiennya atas ke-Mahakuasaan Allah SWT sebagai Maha Penyembuh.

Padahal Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sebuah sabdanya: “Salah satu diantara sunnahku adalah pengobatan”. Dengan demikian jelaskah bahwa perhatian Islam terhadap dunia medis tiada yang mengungguli. Dan bila saat ini banyak diantara kaum muslim bergantung pada metode pengobatan barat, hal itu akibat kelalaian kaum muslimin sendiri yang enggan menggali, mengamalkan serta mengembangkan pengobatan yang Islami.

Ahli medis yang merujuk pada pengobatan Islami, tentunya selalu memberikan solusi terapi yang efektif dan absolut serta senantiasa membangkitkan optimisme pada pasiennya untuk mencapai kesembuhan. Sebab hal utama yang akan ditanamkan pada pasiennya bahwa setiap penyakit ada obatnya dan bisa disembuhkan atas izin Allah SWT. Lantas dalam praktik pengobatannya selalu membangun komunikasi yang dialogis dan penuh kasih saying, sekaligus berupaya membangkitkan keyakinan akan kesembuhan.

Pada dasarnya metode pengobatan Islami terhindar dari unsur-unsur kedzaliman dan pemikiran komersialisasi belaka, sebab Islam menganjurkan umatnya untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan melarang umatnya tolong-menolong dalam kemungkaran. Pada gilirannya panduan tentang kiat-kiat menjaga kesehatan, pemeliharaan kesehatan serta pencegahan (pengobatan) terhadap berbagai penyakit merupakan bagian penting dari ajaran Islam yang seharusnya diamalkan oleh umat dalam rangka menjadi muslim yang kaffah.

Untuk itu metode pengobatan dan obat-obatan yang telah diresepkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya tidak boleh sedikitpun diragukan, apakah itu Hijamah (bekam), Ruqyah, Madu, Habbah Sauda dan lainnya selama diamalkan sesuai tuntunan syariat.

Melalui pendekatan tersebut, “dokter” dan pasien selalu melakukan praktik pengobatan yang akan semakin meningkatkan kecintaan kedua belah pihak pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Bukan sebaliknya, pengobatan yang dijalankan merujuk pada konsep yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab, pengobatan yang tidak Islami biasanya hanya membuat hubungan yang semu antara ‘dokter’ dan pasien serta tidak memberikan kesembuhan yang sesungguhnya.

Perlu disadari bahwa hakekat kesembuhan bukanlah milik dokter/tabib, lembaga pengobatan ataupun obat, melainkan hak mutlak Allah SWT. Untuk itu berbahagialah mereka yang tengah dirundung sakit tetapi tidak sedikitpun mengeluh dan senantiasa berupaya mendasarkan pengobatan atau penyembuhan melalui metode pengobatan yang diridhai Allah SWT. Wallahu a’lam ...

Sumber : Copyright © 2005 MasjidKotaBogor.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar